Sumber
Quote: | |
Menurut pengakuannya, selain menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur berkuda, Wyatt bersama para krunya juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda di tempat yang sama. Temuan ini tentunya semakin memperkuat dugaan bahwa sisa2 tulang belulang itu merupakan bagian dari kerangka para bala tentara Firaun yang tenggelam di laut merah. Apalagi dari hasil pengujian yang dilakukan Universitas Stockholm terhadap tulang belulang yang berhasil ditemukan ditarik kesimpulan terdapat struktur dan kandungan beberapa tulang yang telah berusia sekitar 3500 tahun silam. Hal ini sesuai dengan tarikh sejarah tentang pengejaran yang juga terjadi dalam kurun waktu yang sama. Spoiler for Universitas Stockholm: ![]() Selain itu ada suatu benda menarik yang juga ditemukan, yaitu poros roda dari salah satu kereta kuda yang telah tertutup batu karang, hingga bentuk aslinya sulit untuk untuk dilihat secara jelas. Di antara beberapa bangkai kereta ditemukan pula sebuah roda dengan 4 buah jeruji yang terbuat dari emas, sepertinya ini inilah sisa dari roda kereta kuda yang ditunggangi oleh Pharaoh. |
Quote:
Spoiler for Peta: ![]() Bagaimana penjelasan ilmiah tentang ini ? Diperkirakan jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter. Lebar lintasan laut merah yang terbelah diperkirakan 900 meter. Dapatkah kita membayangkan berapa gaya yang diperlukan untuk membelah air laut hingga memiliki lebar lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter pada kedalaman yang mencapai ratusan meter untuk waktu yang cukup lama ? (menurut pendapat para ilmuwan diperkirakan jaraknya mencapai 7 kilometer dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang ditempuh untuk menyebrang sekitar 4 jam). Menurut perhitungan, diperkirakan diperlukan tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan yang kita terima jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter. Jika kita kaitkan dengan kecepatan angin, setidaknya diperlukan hembusan angindengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam untuk dapat membelah dan mempertahankan belahan air laut tersebut dalam jangka waktu 4 jam. Spoiler for Ilustrasi Terbelah: ![]() |
Sungguh luar biasa, ALLAH Maha Besar.
fir'aun: ![]() ![]() Spoiler for fir'aun bersujud: ![]() |
Quote:
informasi yang tertuang di dalam al-qur’an mengenai fir’aun yang hidup pada masa nabi musa as (setelah ia tenggelam di laut), dan keberadaan jasadnya yang masih utuh hingga hari ini, merupakan tanda-tanda kebesaran allah swt terhadap alam semesta ini. Pada 1975, di cairo (mesir) berhasil dilakukan pengambilan salah satu sampel organ tubuh berkat bantuan dari prof. Michel durigon. Pemeriksaan yang sangat teliti dengan microscop, menunjukkan kondisi utuh yang sangat sempurna dari objek penelitian itu. Juga menunjukkan, bahwa keutuhan yang sangat sempurna seperti ini tidak mungkin terjadi andaikan jasad tersebut berada (tenggelam) di dalam laut selama beberapa waktu, bahkan sekali pun ia berada untuk waktu yang sekian lama di luar air, sebelum dilakukan langkah pengawetan pertama. Di pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari pemerintah prancis datang kepada pemerintah mesir. Negara eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi fir’aun. Tawaran tersebut disambut baik oleh mesir, mumi fir’aun kemudian dibawa ke prancis. Bahkan, pihak prancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi fir’aun yang dzalim itu, dengan pesta yang sangat meriah. Mumi pun dibawa ke ruang khusus di pusat purbakala prancis, dilakukanlah penelitian sekaligus mengungkap rahasia yang ada di baliknya oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan otopsi di prancis. Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah prof. Dr. Maurice bucaille. Bucaille adalah ahli bedah kenamaan prancis, dan pernah mengepalai klinik bedah di universitas paris. Ia dilahirkan di pont-l'eveque, prancis, pada 19 juli 1920. Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Dan, pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh raja faisal dari arab saudi. Tidak hanya anggota keluarga raja faisal, anggota keluarga presiden mesir kala itu, anwar sadat, juga termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya. Ketertarikan bucaille terhadap islam mulai muncul, ketika secara intens dia mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama. Karenanya, sebuah kesempatan bagi bucaille untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi fir’aun. Hasil akhir yang diperolehnya sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah bukti terbesar, bahwa dia mati karena tenggelam. Jasadnya dikeluarkan dari laut, dan kemudian di balsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Penemuannya itu masih mengganjal dalam pikiran sang professor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad mumi yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut? Kami sudah melakukan lebih dari itu dan menitikkan perhatian pada pencarian kemungkinan penyebab kematian fir’aun, dimana dilakukan penelitian medis legal terhadap mumi tersebut berkat bantuan ceccaldi, direktur laboratorium satelit udara di paris dan prof. Durigon. Dalam pengecekan itu, tim medis berupaya mengetahui sebab di balik kematian ‘ekspress’ akibat adanya memar di bagian kepala tengkorak. Jelas pada setiap penelitian ini sangat sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab-kitab suci, yang menyiratkan bahwa fir’aun sudah mati saat ombak menelannya. Prof. Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat fir’aun dari laut dan pengawetannya. Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu dan berkata : "jangan tergesa-gesa, karena sesungguhnya kaum muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini". Awalnya bucaille tidak menghiraukan kabar ini, sekaligus menganggapnya mustahil. Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui, kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat. Hingga laporan akhirnya ini diterbitkannya dengan judul "les momies des pharaons et la midecine" (mumi fir’aun; sebuah penelitian medis modern). Berkat bukunya inilah, dia menerima penghargaan "le prix diane-potierboes" (penghargaan dalam sejarah) dari academie frantaise dan "prix general" (penghargaan umum) dari academie nationale de medicine, prancis. Salah seorang di antara mereka berkata, bahwa al qur’an yang diyakini umat islam, telah meriwayatkan kisah tenggelamnya fir’aun yang kemudian diselamatkannya mayatnya. Ungkapan itu semakin membingungkan bucaille. Lalu, dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 m, sedangkan al qur’an telah ada ribuan tahun sebelumnya. Sementara dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya fir’aun di tengah lautan saat mengejar musa, dan tidak membicarakan tentang mayat fir’aun. Bucaille pun semakin bingung dan terus memikirkan hal itu. Prof. Bucaille akhirnya meminta untuk di datangkan kitab taurat (perjanjian lama). Diapun membaca taurat yang menceritakan : "airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh tentara fir’aun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal satu pun di antara mereka." prof. Bucaille melanjutkan, riwayat versi taurat yang terkait dengan kisah keberangkatan bangsa yahudi bersama musa as dari mesir menguatkan analisa yang mengatakan bahwa mineptah, pengganti ramses ii adalah fir’aun mesir di masa nabi musa as. Penelitian medis terhadap mumi mineptah mengemukakan kepada kita, informasi penting lainnya mengenai apa kemungkinan penyebab kematian fir’aun ini. Kemudian dia membandingkan dengan injil. Ternyata, injil tidak membicarakan tentang diselamatkannya jasad fir’aun yang masih tetap utuh. Oleh karenanya, ia pun semakin bingung. Setelah perbaikan terhadap mayat fir’aun dan pemumiannya, prancis mengembalikan mumi tersebut ke mesir. Prof. Bucaille memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum muslimin. Dari sinilah kemudian terjadi perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan muslim. Ia bertanya tentang kehidupan musa, perbuatan yang dilakukan fir’aun, dan pengejarannya terhadap musa, hingga dia tenggelam, dan bagaimana jasad fir’aun diselamatkan dari laut. Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan muslim tersebut, seraya membuka mushaf al qur’an dan membacakan firman allah swt yang artinya: "maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. Yunus : 92) ayat ini pun lantas sangat menyentuh hati bucaille. Ia mengatakan, bahwa ayat Al-Qur’an tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir, seraya menyeru : "sungguh, aku masuk islam dan aku beriman dengan Al-Qur’an ini." ia pun kembali ke prancis dengan wajah baru, dan nama islam yang baru, "prof. Dr. Yahya maurice bucaille". Sejak memeluk islam, ia menghabiskan waktunya untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan modern denganAl-Qur’an, serta mencari satu pertentangan ilmiah yang dibicarakan Al-Qur’an. Namanya mulai terkenal ketika ia merangkum semua hasil penelitiannya tersebut yang kemudian dibukukan dengan judul "la bible, le coran et la science" (bibel, Al-Qur’an, dan ilmu pengetahuan modern). Buku yang dirilis tahun 1976 ini, menjadi best-seller internasional dan diterjemahkan ke hampir semua bahasa. |
Quote:
Spoiler for prof. Dr. Yahya maurice bucaille: ![]() Spoiler for buku bibel, al-qur'an dan ilmu pengetahuan: ![]() Subhanallah, begitu besar kuasa Allah. Terima kasih ya Allah hambaMu ini dapat melihat kebesaranMu. |