Anonymous : Bukan Sosok, Melainkan Ide


Anonymous (3) : Bukan Sosok, Melainkan Ide
Anonymous dalam Aksi Occupy Wall Street
REPUBLIKA.CO.ID, Nama Anonymous kian moncer lagi setelah mereka menyatakan dukungan terhadap gerakan anti-kapitalisme yang muncul lewat demonstrasi ‘Occupy Wallstreet’.  Aksi unjuk rasa itu sebenarnya dimotori oleh sejumlah LSM yang merasa muak dengan ketamakan dan kerakusan Wall Street. 


Mereka menganggap Wall Street sebagai biang kerok krisis 2008, kehancuran demokrasi dan kesenjangan mencolok antara kelompok miskin dan kaya.  Anonymous menyeru kepada anggotanya untuk ikut membeking aksi tersebut. Lewat forum chat mereka memobilisasi komunitasnya untuk ikut turun ke jalan


Gerakan yang berlangsung selama lima bulan itu meluas ke kota-kota dan negara lain. Tercatat ada demonstrasi serupa di 92 kota di 82 negara, seperti di Inggris, Jerman hingga Korea Selatan. Saat aksi berlangsung, simbol yang kian mengukuhkan keanoniman grup Anonymous, yakni topeng Guy Fawkes, menjadi semakin terkenal pula.


Topeng yang diambil dari film V for Vendetta (2005) ini sudah digunakan Anonymous sejak 2008. Namun setelah Occupy Wallstreet topeng itu semakin tersohor. Terlebih simbol itu cocok untuk menggambarkan ideologi yang diusung Anonymous. Begitu terkenal hingga muncul dugaan jika Warner Bross, pemilik lisensi topeng itu mendukung gerakan Occupy Wall Street


Tentu saja tidak. Anonymous anti korporat dan Warner Bross ialah korporat yang ikut dihantam dalam operasi balasan Megaupload. Perlu diketahui, sebagian besar topeng-topeng Guy Fawkes itu bukan versi asli, melainkan bajakan yang dibuat di Cina lantas diekspor ke Amerika. Lagi pula untuk versi bajakan mereka cukup membayar 2 dolar, sedangkan untuk topeng resmi harus merogoh dulu hingga 50 dolar. Mana mungkin mereka mau membeli produk Warner.


Aksi itu juga mendorong duet penulis dan seniman pengkreasi V for Vendetta, Allan More dan David Lloyd  untuk melempakan dukungan terhadap Occupy, gerakan yang diinspirasi pula dari filosofi anti-totalitarian dalam novel grafis karya More-Lloyd


Setelah 30 tahun sejak novel grafis itu terbit, Moore berkontribusi membuat prosa panjang, kemungkinan besar dengan ilustrasi untuk proyek Komik Occupy. Tulisannya akan mengeksplorasi prinsip gerakan Occupy, kontrol korporat dalam industri komik dan paradigma superhero itu sendiri. Sementara Lloyd meneken proyek Komik Occupy untuk menghasilkan komik edisi tunggal dan dimasukkan dalam kompilasi versi hardcover dengan komik-komik lain.


‘Cukup adil untuk mengatakan bahwa Alan Moore dan David Lloyd ialah godfather tak resmi dari gerakan protes saat ini,” ujar Halo-8 dan pengorganisir Komik Occupy, Matt Pizzolo. “Benar-benar mengagumkan melihat dua manusia kreatif yang karyanya menginspirasi hingga ke jalanan, bergabung dalam proyek kreatif yang diinspirasi demonstran jalanan. Sungguh lingkaran yang gamblang.”


Sosok itu Bernama Ide


Mengapa harus bertopeng? “Tidak ada kepemimpinan, kami tidak memiliki nama, kami satu suara, karena itu kami tidak menunjukkan wajah” satu lagi bunyi pernyataan yang muncul dari sosol lain yang juga bertopeng Guy Fawkes dalam film dokumenter, “We are Legion: The Story of Hactivism”. Grup Anonymous, seperti namanya memang tidak mewakili indidvidu tertentu. 


Dunia peretas telah berubah, Dulu di era 1980-an hingga 1990-an, klub peretas masih menjadi kelompok elit. Butuh persetujuan anggota lain bila ingin bergabung. Setiap klub pun memiliki pemimpin dan struktur organisasi yang jelas


Beberapa yang sempat merajai dunia komputer bawah tanah ialah Master of Deception, Legion of Doom, Knight of Shadow. Tiga klub yang dianggap terkuat di Amerika Serikat itu pun memiliki keanggotaan tak sampai 20 dan saling mengenal satu sama lain.


Kini memang masih ada nama-nama beken lain yang tetap dihormati di kalangan para peretas seperti Cult of the Dead Cow, Chaos Computer Club, Hispahack dan Phrack. Namun bila dibandingkan dengan legiun anonim dan skala aktivitas yang mereka lakukan, era ini adalah milik Anonymous.


Salah satu sumber yang mengidentifikasikan diri Housh Housh, mengatakan Anonymous tidak memiliki struktur perintah dan tidak ada juru bicara. Tapi mereka memiliki beberapa disiplin kolektif. Hous mengaku hanya memantau aktivitas Anonymous dan tidak turut dalam serangan terkait WikiLeaks.


"Secara kasat mata, Anonymous tidak ada. Mereka tidak punya anggota tetap," katanya. Mereka biasanya berkumpul dalam sebuah portal tertentu. Jika ada seruan "Mari kita mulai menyerang" dan mendapat dukungan mayoritas dalam portal itu--dalam jumlah signifikan bergantung skala serangan--maka mereka mulai menyusun rencana operasi. Namun sebagian besar orang yang hadir di portal memutuskan--pada waktu itu-- serangan dan target yang dimaksud tak sesuai tujuan, maka operasi urung dijalankan. 


Dengan bentuk cara kerja seperti itu, tak mengherankan bila mereka memilih simbol dengan  menggunakan topeng Guy Fawkes, tokoh yang tewas digantung pada 1605 setelah gagal melakukan percobaan peledakan terhadap gedung parlemen Inggris. Aksi Guy saat itu didorong sikap raja Inggris saat itu, King James yang menindas agama Katholik.


Alasan itu kian kuat ketika sosok itu hidup lagi dalam  karakter V kreasi Allan More, dalam novel grafis ‘V for Vendetta,. Namun kebangkitan Fawkes bukan sebagai tokoh, melainkan idealismenya, ruh yang menjiwai perlawanan V.


Bila anda sempat menyaksikan film tersebut, maka anda tak bisa meyakini apakah V seorang hero ataukah antihero.Begitu pula Guy Fawkes yang berniat meledakkan gedung parlemen Inggris, ketika pemerintah  tiran terhadap Katholik, apakah keputusan meledakan bangunan bisa dibenarkan atau tidak, butuh diskusi panjang.


Selain kontradiksi tadi, kecocokan lain dengan sosok V ialah, hingga akhir cerita karakter tersebut tak pernah menanggalkan topengnya. Tak pernah diketahui siapa dia dan seperti apa wajahnya, begitu pula dalam versi novel grafisnya. Sosok dan ketokohan bukan hal penting di sini melainkan gagasan tentang perjuangan melawan kekuatan tiran. 


.Konsep itu diterjemahkan apik dalam adegan di mana V berhadapan dengan musuhnya, Peter Creedy, petinggi rezim fasis Inggris bersama anak buahnya yang masing-masing mengacungkan senjata, dalam sebuah gorong-gorong gelap. Dalam pertarungan terakhirnya ia menghabisi Creedy yang sempat mengejek dan menepis kemungkinan V bisa menyerang balik setelah diberondong peluru. Sebelum membunuh, V berujar, “Dibalik Topeng ini tak hanya sekadar daging. Dibalik topeng ini ada ide, Mr Creedy, dan semua ide kebal peluru." (bersambung)

Karakter V dalam film 'V for Vendetta'