1. Penampilan Anda kurang meyakinkan. Masa sih, penampilan itu menjadi faktor penentu? Rasanya tidak fair, namun begitulah adanya. Mungkin Anda sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengenakan business attire yang terkesan paling formal, atau profesional. Namun, bisa saja hal itu justru memengaruhi cara orang memahami Anda, dan peluang apa yang ditawarkan pada Anda. “Pakaian” yang terbaik datang dari pembawaan Anda sendiri, berupa kepercayaan diri, kemampuan memotivasi, dan kepribadian cemerlang lainnya.
2. Anda tidak becus mengelola waktu. Sebagai manajer, Anda tidak hanya harus mencatat semua pekerjaan atau progres yang telah mereka lakukan, tetapi juga pekerjaan orang lain. Jika Anda tidak mampu mengelola projek atau tugas-tugas Anda sendiri, mustahil anak buah Anda punya keyakinan bahwa Anda akan mampu mengawasi kerja seluruh anggota tim, kan?
3. Kurang cekatan menanggapi percakapan yang sulit. Manajer tentu akan sering menghadapi percakapan yang sulit. Mereka harus membuat keputusan-keputusan yang tidak populer bagi karyawannya, sambil tetap menegakkan standar dan konsekuensi yang ada. Anda tak akan dipandang berpotensi sebagai manajer jika Anda cenderung menjauhkan diri dari perbincangan yang sulit, atau sebaliknya, terlalu agresif dan konfrontatif.
4. Gemar bergunjing. Sebagai atasan, seharusnya Anda tidak memihak, dan selalu bersikap objektif. Tidak hanya itu, sikap tidak memihak itu harus kentara. Jika Anda sudah melanggar batas-batas profesional di dalam kantor, akan sulit untuk membangun kembali batas-batas tersebut sebagai seorang manajer.
5. Tidak tahu bagaimana membuat prioritas. Saat bekerja, Anda pasti akan menerima beragam tawaran atau peluang untuk mengerjakan suatu projek. Menerima semua tawaran tersebut jelas tidak mungkin. Anda harus mampu mengidentifikasi projek yang paling penting, karena harus meluangkan waktu dan sumber daya untuk melakukannya, dan kemudian tetap fokus pada tujuan. Jika membuat prioritas saja sudah kesulitan, masalahnya tentu akan semakin kompleks.
6. Tidak mampu membina hubungan dengan atasan Anda sendiri. Mengelola hubungan tidak hanya bersifat ke bawah, tetapi juga ke atas. Kemampuan Anda untuk membina hubungan ke atas akan semakin penting ketika Anda makin menapaki tangga jabatan. Untuk itu Anda perlu melatih komunikasi, menyelaraskan diri dengan harapan-harapan yang diberikan oleh atasan, dan memenuhi kebutuhan atasan dengan cara yang dia kehendaki secara profesional. Jika Anda tak memiliki kemampuan ini, jangan harap peran yang lebih tinggi akan Anda dapatkan.
7. Anda gemar menggerutu. Sebagai atasan, Anda harus memiliki kematangan dalam bersikap, khususnya dalam memahami bahwa kebijakan-kebijakan perusahaan yang dirasa mengganggu atau merugikan kenyamanan karyawan sebenarnya diberlakukan untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Anda juga membutuhkan penilaian tersebut untuk meningkatkan kepedulian secara profesional, yang dilakukan melalui jalur yang tepat, dan bukannya membaginya dengan siapa saja yang bersedia mendengarkan.
8. Anda hanya mau mengerjakan tugas-tugas Anda sendiri. Setiap orang pasti memiliki job description sendiri sesuai posisi atau divisinya. Hanya memenuhi tugas-tugas Anda saja tidak akan cukup membuat Anda dipromosikan. Dalam penilaian karya, pencapaian Anda tersebut hanya dianggap “meet expectation“. Promosi akan diberikan kepada mereka yang bekerja melebihi harapan, dan selalu mencari cara-cara untuk memperbaiki kinerja secara terus-menerus.
9. Tidak memastikan bahwa pencapaian Anda “dilihat”. Bukannya mau pamer kemampuan diri Anda, atau menunjukkan bahwa Anda mampu berprestasi. Tetapi jika tidak ada orang yang mengetahui pencapaian-pencapaian tersebut, penghargaan yang Anda harapkan tidak akan Anda terima. Jangan ragu untuk menunjukkan prestasi Anda tersebut kepada atasan Anda, entah itu berupa tinjauan dari klien, atau cara Anda memecahkan masalah di kantor yang bisa menghindarkan perusahaan dari kerugian.